Blue Flower Design Pointer


Kamis, 08 Desember 2016

YUK JAGA DAN RAWAT “ MISS V “ KITA !!

YUK JAGA DAN RAWAT “ MISS V “ KITA !!


Kehidupan seorang wanita tak jauh dari berbagai macam masalah, baik masalah yang datang dari luar maupun dalam. Bahkan dari beberapa masalah yang ada dapat membuat seorang wanita menjadi pasrah menghadapinya. Masalah utama yang dihadapi wanita yaitu masalah kesehatan yang menjadi sentral untuk beraktivitas khususnya organ kewanitaan. Apa jadinya bila ternyata mahkota seorang wanita bermasalah yang bisa menyebabkan penyakit ganas, hingga sebagian dari mereka harus melepas nafas? Oleh itu, sangat perlu bagi seorang wanita memelihara mahkotanya, tidak hanya memperindah lekuk tubuh dan paras wajah, tapi juga Miss V yang menjadi investasi masa depan bagi seorang wanita.
Sistem reproduksi wanita sendiri adalah sistem tubuh wanita yang paling rentan dan dapat dengan mudah terinfeksi atau terluka. Hanifa Wiknjosastro mengungkapkan bahwa, seluruh bagian genital wanita adalah vagina. Namun pada kenyataanya, vagina hanyalah merupakan bagian dari organ intim wanita, yang biasa disebut dengan vulva. Organ reproduksi wanita terbagi atas organ genitalia interna dan organ genitalia eksterna. Organ genitalia interna terdiri dari Uterus, Tuba Falopii, dan Ovarium. Dan organ genitalia eksterna terdiri dari Vulva, Mons Veneris, Labia Mayora, Labia Minora, Klitoris, Vestibulum, Bulbus Vestibuli, Introitus Vagina, dan Perineum. Organ genitalia eksterna adalah untuk senggama, sedangkan organ genitalia interna adalah bagian untuk ovulasi, tempat pembuahan sel telur, transportasi blastokis, implantasi dan tumbuh kembang janin (Wiknjosastro, 2007). Ada berbagai macam bakteri yang terdapat dalam vagina, sekitar 95% nya merupakan bakteri baik atau Lactobasillus dan 5% nya adalah bakteri jahat atau patogen. Pada keadaan normal, dalam vaginal terdapat suatu keseimbangan yang luar biasa antara bakteri patogen dan Lactobasillus. Jika keadaan ekosistem seimbang, artinya wanita tidak mengalami keadaan yang membuat keasaman tersebut bertambah dan berkurang, maka bakteri yang menimbulkan penyakit tersebut tidak akan mengganggu (Iswati, 2010).
Bagi orang yang tinggal di daerah tropis yang panas dapat dengan mudah berkeringat karena udara yang cenderung lembab. Keringat ini membuat tubuh kita lembab dan pengap, terutama pada organ seksual dan reproduksi yang tertutup dan berlipat. Akibatnya bakteri mudah berkembang biak didaerah organ intim kita sehingga Miss V terganggu dan menimbulkan bau tak sedap serta infeksi (Wulandari, 2011).
Perlu kita ketahui bahwa hal itu tidak menutup kemungkinan seorang wanita mengalami keputihan yang tidak normal bahkan penyakit berbahaya seperti kanker serviks. Selama ini banyak wanita menganggap bahwa keputihan dan sakit saat haid adalah masalah sepele. Padahal keputihan yang berbau, gatal, dan berwarna akan menyebabkan infeksi dan menjadi awal munculnya penyakit ganas, seperti kanker serviks atau biasa dikenal dengan kanker mulut rahim.
Daru Wijayanti mengungkapkan bahwa, masalah  yang sering dihadapi oleh wanita adalah mengenai keputihan. Hampir semua wanita mengalami keputihan, namun itu hal yang wajar dan normal terjadi apabila keputihan tersebut berwarna kuning, kadang-kadang putih kental ,  tidak berbau  atau gatal disertai keluhan-keluhan yang terjadi disekitar organ intim wanita. Bahkan, produksinya dapat meningkat jika seorang wanita sedang mengalami kondisi tertentu seperti: peningkatan jumlah hormon di saat sekitar masa haid atau saat hamil, mendapatkan rangsangan seksual, dan mengalami stres atau kelelahan berlebihan (Wijayanti, 2009).
Kanker Serviks merupakan kanker yang terjadi pada servik uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina). Kanker ini biasanya terjadi pada wanita yang telah berumur, tetapi tidak menutup kemungkinan anak remaja juga dapat terjangkit penyakit ini. Hal ini disebabkan adanya virus yang menyerang organ vital wanita.
Berbagai penyakit dapat timbul karena kelalaian kita dalam menjaga kebersihan vagina kita. Itulah mengapa kebersihan organ intim menjadi hal yang penting untuk diperhatikan. Praktik kebersihan yang buruk bisa menimbulkan berbagai penyakit infeksi. Sayangnya, saat ini masih banyak wanita yang kurang menjaga kebersihan organ intimnya terutama ketika datang bulan.
Kita tahu bahwa dalam menjaga kesehatan organ intim wanita bukan pekerjaan yang mudah, karena seorang wanita tidak boleh sembarangan dalam merawat organ intimnya. Butuh ketekunan dan juga ketelitian dalam merawatnya. Daerah kewanitaan yang sehat tidak membutuhkan pengobatan apapun, yang terpenting adalah untuk menjaga daerah kewanitaan tetap kering dan bersih setiap saat. Dengan selalu menjaganya dalam keadaan bersih akan terhindar dari resiko berbagai macam penyakit yang disebabkan oleh bakteri yang hidup disekitar organ vital kita. Dalam membersihkan Miss V, tidak boleh sembarangan dilakukan. Karena sebenarnya Miss V memiliki mekanisme sendiri untuk menjaga kebersihannya. Berikut adalah cara merawat organ intim wanita:
1.      Cuci Organ Intim
Menjaga organ intim yang paling mudah adalah dengan mencucinya. Cucilah organ intim dengan air bersih, dan jika berada di toilet umum sebaiknya cuci dengan menggunakan air mengalir. Hal itu untuk mencegah bakteri menjadi penyebab gangguan pada organ kewanitaan. Bersihkan vagina dengan cara membasuh bagian antara bibir vagina (vulva) secara hati-hati dan perlahan. Cucilah daerah kewanitaan dari arah depan (vagina) menuju belakang (anus). Bukan sebaliknya karena bakteri yang ada di sekitar anus akan ikut terbawa masuk ke vagina (Wulandari, 2011). Secara abnormal, keputihan disebabkan oleh infeksi atau peradangan yang terjadi karena mencuci vagina dengan air kotor, pemeriksaan dalam yang tidak benar, pemakaian pembilas vagina yang berlebihan, pemeriksaan yang tidak higienis, dan adanya benda asing dalam vagina (Kusmiran, 2011).
2.      Hindari celana ketat
Menggunakan celana yang ketat dapat memicu timbulnya bakteri dalam organ kewanitaan. Selain itu, juga dapat menimbulkan kelembaban pada organ intim menjadi terganggu, karena sirkulasi udara yang kurang baik.
3.      Kenakan celana dalam berbahan katun
Celana dalam berbahan katun selain nyaman dipakai juga dapat untuk meminimalisasi risiko terinfeksi karena bahan yang terbuat dari katun akan mudah menyerap keringat dibandingkan dengan material kain lainnya dan akan menjaga kelembaban organ intim kita karena baik untuk sirkulasi udara.
4.      Hindari penggunaan parfum
Banyak orang berpendapat bahwa dengan memakai parfum dapat memberikan efek harum pada organ intim. Kenyataannya, parfum tidak disarankan untuk digunakan pada daerah kewanitaan. Bahan kimia yang terkandung dalam parfum dapat membunuh bakteri baik yang hidup pada organ intim wanita. Padahal kita tahu, bahwa organ intim kita memerlukan bakteri baik ini bagi kesehatan organ intim.
5.      Mengatur pola makan dan minum
Dalam menjaga organ intim, kita juga harus memperhatikan asupan gizi yang kita makan. Tidak hanya memperhatikan kesehatan dari luar, namun juga dari dalam. Mengkonsumsi makanan yang sehat dan bergizi adalah solusi penting untuk menjaga kesehatan organ intim wanita dari dalam. Hindarilah mengkonsumsi makanan yang bisa memicu terjadinya keputihan, seperti alkohol dan juga kopi. Perbanyaklah makan makanan yang mengandung protein, vitamin dan serat yang terdapat pada sayuran dan buah-buahan.
6.      Menjaga kebersihan saat haid
Banyak wanita yang masih menyepelekan kebersihan organ intim saat menstruasi. Karena mungkin beberapa dari mereka merasa malas untuk mengganti pembalut mereka. Padahal menjaga kebersihan saat sedang haid sangat disarankan bagi semua kaum wanita. Pada saat haid pastikan selalu mengganti pembalut sesering mungkin saat pembalut sudah penuh atau setiap buang air kecil setidaknya 3-4 jam sekali untuk menghindari kuman dan bakteri penyebab iritasi berkembang biak. Pastikan juga menggunakan pembalut yang sehat dan juga aman dipakai.
7.      Jangan gunakan sabun kewanitaan
Banyak wanita berpendapat bahwa dengan menggunakan sabun kewanitaan dapat membuat organ intim kita menjadi bersih dan harum, namun hal ini adalah salah. Hindarilah untuk penggunaan sabun kewanitaan untuk membersihkan organ intim wanita anda. Mengapa? Karena pada produk-produk sabun kewanitaan terdapat bahan kimia yang dapat merusak pH dan juga kadar kelembaban pada Miss V. Hindari produk-produk seperti: tisu berwarna dan mengandung pewangi, pembalut yang mengandung pewangi. Produk-produk tersebut dapat menyebabkan iritasi daerah kewanitaan (Septian, 2009).
8.      Jangan melakukan Vaginal Douching
Vaginal Douche adalah proses pembilasan atau pembersihan vagina dengan menyomprotkan air atau larutan tertentu ke dalam rongga vagina untuk berbagai alasan. Air atau cairan tersebut diletakkan dalam botol kemudian disemprotkan ke dalam vagina melalui suatu tabung dan ujung penyemprot. Namun hal ini tidak dianjurkan, karena dapat menimbulkan iritasi dan menghilangkan bakteri baik yang berguna untuk menjaga daerah kewanitaan tetap sehat.
9.   Jangan berganti-ganti pasangan seksual dan tidak melakukan hubungan seksual di luar nikah.
Ada beberapa faktor resiko kanker serviks yang perlu kita ketahui. Sehingga, kita dapat mencegah timbulnya penyakit kanker serviks tersebut. Faktor resiko terjadinya kanker serviks pada wanita meliputi usia pernikahan yang terlalu dini dan wanita dengan aktivitas seksual yang tinggi (Yatim, 2008). Hal ini dilakukan untuk mencegah infeksi melalui saluran reproduksi.
10.  Rutin mengganti celana dalam
Kebersihan organ intim wanita juga sangat bergantung pada kebersihan pakaian terutama pakaian dalam. Bagi wanita dianjurkan untuk mengganti celana dalam minimal dua kali dalam sehari. Bagi wanita yang aktif bergerak dan banyak beraktivitas sehingga lebih banyak berkeringat, sebaiknya rutin mengganti celana dalam untuk menghindari lembab pada vagina yang bisa memicu pertumbuhan bakteri. Selain itu, gunakanlah daster ketika berada di dalam rumah agar terjadi sirkulasi yang baik di daerah vagina.
11.  Mencukur rambut kemaluan
Rambut kemaluan akan menjadi sarang bertumbuhnya bakteri dan jamur yang akan menciptakan infeksi pada vagina bila dibiarkan terlalu panjang. Untuk menjaga kebersihan, disarankan untuk mencukur bulu kemaluan secara berkala bulu di sekitar kemaluan. Perlu diingat, jangan mencukur rambut kemaluan secara tuntas bersih karena dapat menghilangkan bakteri baik yang ada di sekitar organ intim yang sangat berguna untuk kesehatan organ intim anda.
12.  Rutin melakukan pemeriksaan kesehatan
Untuk mencegah penyakit yang bisa membahayakan kesehatan organ intim, sebaiknya anda rutin melakukan pemeriksaan ke dokter. Selain melakukan pemeriksaan, anda juga bisa berkonsultasi dengan dokter dalam hal menjaga kesehatan organ intim.
13.  Hanya gunakan pembalut atau panty liner yang tidak diberi pewangi
Kadang kita berpikir dengan memakai pembalut atau panty liner yang berparfum atau diberi pewangi dapat membuat harum daerah organ intim kita, tapi hal tersebut tidak dianjurkan karena wewangian bisa menimbulkan reaksi alergi pada organ tertentu.
14.  Sehabis berenang atau olahraga, segera ganti pakaian dan celana dalam secepat mungkin.
Ingat, area organ intim sangat rentan pada kelembaban. Membiarkan pakaian basah menempel terlalu lama pada tubuh akan memicu pertumbuhan bakteri merugikan. Apalagi biasanya air kolam renang mengandung kaporit dengan kadar tinggi yang bisa menyebabkan alergi.
15.  Pergunakan tisu kesehatan yang bagus untuk membersihkan organ intim wanita.


DAFTAR PUSTAKA

Cara membersihkan Daerah Kewanitaan.(2015, juli 9). Dipetik September 7, 2015   dari CRYSTAL-X Womens’s Health: https://allaboutcrystalx.wordpress.com/2015/07/09
Iswati, Erna. 2010. Awas Bahaya Penyakit Kelamin. Jogjakarta : DIVA Press.
    Diakses pada 28 Oktober 2015, dari :  
    https://www.scribd.com/doc/134617661/patofisiologi-keputihan
Kusmiran, Eny. 2012. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Penerbit Salemba
     Medika, Jakarta.
Septian. 2009. Cara merawat Organ Intim dengan Baik dan Benar. Diakses pada  26
    Oktober 2015, dari : (http://ti-an.co.cc.)
Tips Alami Menjaga Kesehatan Organ Intim Wanita. (2015, Juni 15). Diakses pada
Tips Menjaga Kebersihan Organ Intim Wanita. (2015, Maret 16). Diakses pada 26
U.S. Department of Health & Human Services. (n.d.) Office of Population Affairs.
    Vaginal Discharge Fact Sheet. Diakses pada 26 Oktober 2015, dari :
Wijayanti, Daru. (2009). Fakta penting tentang kesehatan reproduksi wanita.
     Yogyakarta : Glossia Media. Diakses  pada 27 Oktober 2015, dari :
      https://www.scribd.com/doc/134617661/patofisiologi-keputihan
Wiknjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina
Wulandari, A. 2011. Cara Jitu Mengatasi Nyeri Haid. Yogyakarta: ANDI.






Minggu, 04 Desember 2016

EUTHANASIA

EUTHANASIA
ARGUMENTS FOR AND AGAINST EUTHANASIA

Image result for EUTHANASIA

Euthanasia is an attempt to end someone life when he/she has an uncurable illness, euthanasia will be done in order to release his/her from suffering his/her illness. Euthanasia is the termination of an extremely ill person’s life in order to relieve them from the suffering the illness is causing. The Oxford Advanced Learner’s Dictionary 7th edition (2005) defines it as a practice (illegal in most countries) of killing without pain a person who is suffering from a disease that cannot be cured.
Nowadays, euthanasia is a relevant ethical issue. Moreover, its legalization is being hotly debated in some other countries. In such cases, the rules of law, depending on region or nation, can be enforced, so that the problem under discussion (euthanasia) can not be separated from the issues of the rights and obligations of the involved parties.
In Indonesia, euthanasia is an act that violates the Code of Medical Ethics Indonesia. Actions unethical, immoral, is illegal. From the aspect of the rule of law, especially criminal law, euthanasia setting is closely related to individual interests regarding the protection of a person's life. Besides, euthanasia can not be done and it is classified as an illegal act. Both in the positive law and the ethics code regulate that performing an euthanasia is not allowed. Regarded to the perspective of Islamic law, also regulated that an active euthanasia is an act that is forbidden and punishable by God with a punishment of hell for those who did.
In the light of this situation, the problem of euthanasia is of current importance. There are two opposing viewpoints with regard to euthanasia. One considers sanctity of life important, while the other places emphasis on quality of life, because only God alone may decide over human life. The other position contends that in order to preserve the quality of life, everyone has a right to self-determination and, if necessary, exit life without pain. In the following, I have gathered some positive and negative arguments relating to euthanasia that have been summarized from several literature.
The pro statements to support euthanasia is rooted in autonomy. Human persons are free and autonomous, and therefore may choose a peaceful death rather than bearing the indignity of a life no longer worth living. A few of patients believe that they are better off dead than alive because they no longer find value in their lives. A person who is suffering has the right to choose what should be done with his or her life. He or she may choose to get treated and he also has the freedom to not choose treatment. In simple terms of fundamental rights, a person has the right to decide what he or she wishes to do with his or her life.
That is from the proponent, but from the opponent said that freedom is a freedom to be and do what one discerns God wants him/her to be or to do. It includes autonomous choice to accept or reject suffering and illness, and also to abandon oneself to the will of God. Everyone does have the right to life, but this right is not an absolute one because as life is given by God as a gift, there is no absolute autonomy, cause we are stewards of our life. Moreover, life is a gift of God's love and everyone is to preserve this life as well. Since life is a gift from God, everyone has the obligation to live a life in accordance with God's plan. The document is against intentional killing because this is an act of rejection of God's sovereignty, a refusal of love for oneself, a denial of a natural instinct to live, a flight from duties towards one's neighbor, to various communities. Others said that only God has the power over life and death, and He exercises this power according to his plan of wisdom and love. The autonomy of the person is not absolute because it has to respect the ethical principles of stewardship and solidarity. The human person is autonomous but within autonomy that is limited by the principles of stewardship and solidarity.
Second argument from proponents, euthanasia is the only way to relieve patients’ pain. Is it human indeed to stay inexorable to people’s requests to set them free from unbearable sufferings? A few of people believe no one can experience others’ pain, therefore it is impossible to measure whether the person can bear it or not. Besides, a man is created for life, and all of us have the instinct of self-preservation, only people driven to despair by their disease, can ask for death and it is their right. It is necessary to realize how horrible it is to live, being conscious of the forthcoming death. Most people cannot overcome this pressure and lose the sense of life, burdening their own life and the life of their relatives as well.
From opponents, suffering from pain have a meaning and can be faced without a recourse to euthanasia. It is an inevitable part of our living and dying. Moreover, it has unforeseeable spiritual impact on those who attend to the dying. Through suffering, one can find spiritual growth and enter into the suffering and death. The true relief of suffering is when in submission of self in obedience to God sovereignty, one accepts suffering and death as a mystery that cannot be fathomed. To those who are against euthanasia, the value and dignity of the human person is beyond the mere value of pleasure and pain.
Third arguments, “Dying with dignity” is one of the arguments put forward by advocates of euthanasia. The suffering dying patients lose that dignity due to their serious and painful illness. For advocates of euthanasia, to have dignity means to be able to look at oneself with respect and with certain degree of satisfaction. Furthermore, there is no more dignity in a person, if there is no degree of satisfaction in looking at oneself by reason of debilitation caused by sickness. Likewise, when one is dependent on the care of other people because of sickness, this causes one to lose the ability to depend on one’s own. Acceptance of euthanasia policies would give terminally ill patients the option to direct physicians to terminate their life at a time and in a manner that would reduce their suffering while maintaining their personal dignity. If there is no chance of health improvement, according to a number of surveys in American, the majority would not want to be kept alive by life-support equipment, including artificial feeding. For them it is undignified and useless to live in that state: they want to be free from this trap, which moreover is a too expensive futile treatment.
For the opponents of euthanasia, human dignity and dying with dignity have other meanings that the ones advanced by the defenders of euthanasia. Dignity and dying with dignity do not mean choosing death rather than life or artificial prolongation of life. The terms rather mean to have respect for the autonomous wish of the patient, doing all that is reasonably possible for the patient to live and to give a sense of hope though the patient is dying. The view of dying with dignity, which is suggested by advocates of euthanasia, is not considered to be true dignity of the human person. These
proponents make the sufferers feel discomforted and even less than a person because they point out that the sufferers or patients have lost their dignity due to the ravages of
their serious sickness or illness. Since human dignity is from God, and this dignity of the person has its origins right from the moment of conception till natural death, it must be respected and protected. Moreover, every person deserves respect as there is indelible dignity and value in that human person. In other word, no one can say that a person has lost his/her dignity due to suffering and pain inflicted by terminal illness. The dignity has nothing to do with ravages of sickness. Any kind of poor health can’t lessen the dignity of the human person.
After presenting both the arguments from proponents and opponents of euthanasia, I would like to sum up briefly my reasons to oppose euthanasia. Euthanasia is unethical at the level of reason. The principal responsibility of society and government is to protect life. Precisely, the primary responsibility of every society and government is to take care of its members and protect them from any danger or threat. Our human reason makes generally clear that killing a human being is unethical for it is against human dignity and rights, beginning with the fundamental right to life of every human being. Hence, the legalization of euthanasia would be a failure of society and government to safeguard its members from legal killing. On human life, I am convinced that euthanasia is not ethical because I believe in the sanctity of life as well as its inviolability. Euthanasia implies taking human life, and it is against the fifth commandment of God, which is “You shall not kill.” Therefore I am against euthanasia and for life. However, cases of euthanasia should be decided on a case-by-case basis between a person, their family, and their physician. This is not to say that a physician or any other medical professional should have the right to make recommendations for or against voluntary human adult euthanasia. The decision should ultimately be that of the patient.
Formore:http://repositorio.ucp.pt/bitstream/10400.14/18991/1/Joseph%20Pakhu's%20Thesis.pdf


BIBLIOGRAPHY

Albert-Lorincz, C. (2015). Pros and Cons of Euthanasia. A Qualitative Study. Revista RomÒnă de Bioetică, Vol. 13, Nr.3.
Benatar, D. (2011). A legal right to die. Current Oncology, Volume 18, Number 5, 206-207.
Hoxhaj, O. (2014). Euthanasia - The Choice between the Right to Life and Human Dignity. Academic Journal of Interdisciplinary Studies, VoL.3, No. 6, 279-284.
Jewell, P. (2005). Rationality, euthanasia, and the sanctity of life. Australian Association for Professional and Applied Ethics 12th Annual Conference, 1-8.
McCormarck, P. (1998). Quality of Life and The Right to Die: An Ethical Dilemma. Journal of Advanced Nursing, 28(1), 63-69.
Naga, B. S., & Mrayyan, M. T. (2013). Legal and Ethical Issues of Euthanasia : Argumentative Essay. Middle East Journal of Nursing, Vol.7, Issue 5, 31-39.
Velleman, J. D. (1992). Against The Right To Die. The Journal of Medicine and Philosophy, 17:665-681.
Wakiran, M. D., Djemi, & Erwin. (2013). Pendekatan Bioetik Tentang Eutanasia. Jurnal Biomedik (JBM), Volume 5, Nomor 1, 23-28.



Sabtu, 29 Oktober 2016

Osteoporosis pada Lansia




www.osteoporosis.org.au/sites/all/themes/oa_garland/images/oa/banner-living.png

Tolak ukur kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari usia harapan hidup penduduknya. Meningkatnya usia harapan hidup penduduk mengakibatkan pertambahan jumlah penduduk lansia. Disamping itu meningkatnya usia harapan hidup memunculkan berbagai penyakit degenerative yang memerlukan perhatian khusus. Salah satu penyakit degeneratif yang semakin tinggi angka prevalensinya dan perlu di waspadai adalah Osteoporosis.
Osteoporosis atau keropos tulang adalah penyakit kronik yang ditandai dengan pengurangan massa tulang sehingga massa tulang menjadi rendah yang disertai mikroarsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang yang dapat menimbulkan kerapuhan tulang dan menyebabkan fraktur. Osteoporosis disebut juga sebagai Silent Desease karena proses kepadatan tulang berkurang secara perlahan dan berlangsung secara progresif selama bertahun-tahun tanpa disadari disertai tanpa adanya gejala. Bahkan pasien Osteoporosis yang dapat diidentifikasi setelah terjadi fraktur hanya kurang dari 25% (Cosman, 2009). Osteoporosis sering terjadi pada punggung, pinggul, paha, dan lengan bawah. Tulang yang pertama kali terkena osteoporosis biasanya pada vertebra spinalis dan tipikalnya mengenai vertebra torakalis bawah dan vertebra lumbalis atas. 

http://www.gerom-angers.fr/
Penderita Osteoporosis sangat mudah terjadi pada lansia, karena seiring dengan pertambahan usia fungsi organ tubuh yang menurun, tubuh mengalami kehilangan tulang trabekular dan penyerapan kalsium menurun pula sehingga resiko osteoporosis semakin besar. Osteoporosis dapat menyerang semua orang, meskipun tingkat risikonya berbeda-beda. Namun, wanita lebih beresiko mengalami osteoporosis daripada pria karena pengaruh hormone estrogen yang mulai menurun akibat dari penurunan fungsi ovarium pada masa menopause akan mempengaruhi proses remodelling tulang.
Di sisi lain apabila seseorang terkena osteoporosis, maka akan beresiko mengalami fraktur. Selain itu, juga menyebabkan kecacatan, ketergantungan pada orang lain yang menyebabkan gangguan aktivitas hidup, fungsi sosial, dan gangguan psikologis sehingga terjadi penurunan kualitas hidup bahkan sampai menyebabkan kematian. International Osteoporosis Foundation (IOF) mencatat 20% pasien patah tulang Osteoporosis meninggal dalam waktu satu tahun. Sepertiga diantaranya harus terus berbaring di tempat tidur, sepertiga lainnya harus dibantu untuk dapat berdiri dan berjalan. Hanya sepertiga yang dapat sembuh dan beraktivitas optimal (Suryati, A Nuraini, 2006).
Usia dan gaya hidup adalah faktor utama yang menyebabkan osteoporosis, selain itu beberapa faktor yang dapat menimbulkan osteoporosis yaitu jenis kelamin, menopause/andropause, aktivitas fisik, obesitas, tipe tubuh, diabetes melitus, riwayat keluarga, pengetahuan tentang osteoporosis, kurang asupan kalsium dan vitamin D, olah raga tidak teratur, kebiasaan merokok, konsumsi minuman beralkohol dan kopi yang berlebihan dan penggunaan obat obatan penyebab osteoporosis dalam jangka panjang. Namun, dalam jurnal penelitian Kahsay, dkk (2014) tidak ditemukan keterkaitan antara pengetahuan dan riwayat keluarga dengan osteoporosis. Penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang ada di Inggris, Turki, Sweden, and Italy.
Dalam penanggulangan osteoporosis harus berfokus pada non-farmakologi dan farmakologi. Non-farmakologi dapat dilakukan dengan latihan fisik (exercises) secara benar. Penelitian dari  UK, USA, Australia, dan India menunjukkan bahwa olah raga dapat membangun dan meningkatkan kepadatan tulang. Kepadatan tulang meningkat seiring dengan melakukan latihan fisik dan olah raga, seperti senam, latihan keseimbangan, jalan kaki secara teratur kira – kira 4,5 km/jam selama 50 menit, 5 kali dalam seminggu dan latihan beban 2 sampai 3 kali seminggu. Latihan ini dapat menstimulasi formasi tulang dan mempertahankan kalsium pada tulang yang menahan beban. Beban kerja dalam suatu latihan otot diberikan dalam bentuk massa yang harus dilawan atau dipindahkan oleh gaya kontraksi otot dengan memperhatikan besar beban dan ulangan kontraksi otot, pembebanan terhadap otot dapat diatur. Penelitian yang dilakukan tahun 2011 pada lansia (usia di atas 60 tahun) menyatakan bahwa latihan kekuatan meningkatkan kekuatan otot dengan meningkatkan massa otot. Massa otot dapat ditingkatkan melalui pelatihan pada intensitas yang sesuai dengan 60% sampai 85% dari kekuatan maksimum dan jarang terjadi efek samping. Selain itu latihan keseimbangan merupakan latihan yang efektif untuk mengurangi resiko jatuh pada penderita osteoporosis. Untuk wanita menopause dianjurkan pemakaian ERT (Estrogen replacement Therapy ) pada mereka yang tidak ada kontraindikasi.
Dalam farmakologi, penelitian yang dilakukan oleh Inderjeeth (2010) menunjukkkan bahwa mengkonsumsi alendronate, risedronate, asam zoledronic, strontium ranelate dan teriparatid dapat mengurangi risiko fraktur. Pemilihan obat yang tepat mencakup pertimbangan dosis, frekuensi, rute pemberian, efek samping, kepatuhaan, biaya efektivitas dan kemampuan untuk mencegah patah tulang awal. Disamping itu, suplemen kalsium direkomendasikan bila dikonsumsi secara benar. Kombinasi kalsium dan vitamin D lebih bermanfaat dalam mengurangi osteoporosis. Kombinasi ini memiliki efek samping pada kejadian kardiovaskuler namun tetap dalam batasan. Kombinasi kalsium dan vitamin D harus digunakan pada semua pasien yang didiagnosis dengan osteoporosis kecuali tindakan-tindakan non-farmakologis lainnya yang dianggap memadai.
         http://2012books.lardbucket.org/

       http://www.hijosyalimentacion.com/

Pemenuhan asupan nutrisi seperti kalsium didapatkan dari: susu, keju, yogurt, ikan dimakan dengan tulang ( ikan presto ), sayuran hijau, kacang-kacangan, tahu dan tempe. Mengkonsumsi susu 4 kali dalam seminggu dapat mengurangi osteoporosis. Fungsi keluarga juga berperan penting untuk mencegah osteoporosis pada lansia yaitu sebagai pemeliharaan kesehatan meliputi: mengenal masalah kesehatan keluarga, memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga, merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan, memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga dan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada. Perubahan gaya hidup seperti berhenti merokok dan mengkonsumsi alcohol merupakan hal yang penting dilakukan serta mendeteksi kepadatan tulang merupakan pencegahan dan pengobatan awal dalam osteoporosis.
Untuk menambah wawasan lebih jauh lagi dapat kunjungi http://www.nhs.uk/Conditions/Osteoporosis/Pages/Introduction.aspx

DAFTAR PUSTAKA


Marjan, A, & Marliyati, S. (2013). Hubungan Antara Pola Konsumsi Pangan dan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Osteoporosis pada Lansia di Panti Werdha Bogor. JGP, Volume 8, Nomor 2.
    Minropa, Aida. (2013). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Resiko Osteoporosis pada Lansia di Kenagarian Api-Api Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Baru Kecamatan Bayang Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2013. Diambil pada 18 Agustus 2016 dari: http://journal.mercubaktijaya.ac.id/downlotfile.php?file=4f.pdf
   Wardhana, Wisnu. (2012). Faktor -Faktor Risiko Osteoporosis pada Pasien dengan Usia di Atas 50 Tahun. Diambil pada 18 Agustus 2016 dari: http://eprints.undip.ac.id/37820/
Muda, I, Arneliwati, & Novayelinda, R. (2013). Gambaran Perilaku Keluarga tentang Pencegahan Osteoporosis pada Lansia. Diambil pada 18 Agustus 2016 dari: http://repository.unri.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/1848/BURNING.pdf%20a.pdf?sequence=1
R, Febriani, Wungouw, Herlina, & Marunduh, Sylvia. (2015). Pengaruh Latihan Beban terhadap  Kekuatan Otot Lansia. Jurnal e-Biomedik (eBm), Volume 3, Nomor 1.http://www.nhs.uk/Conditions/Osteoporosis/Pages/Introduction.aspx

Sabtu, 20 Agustus 2016

DISMENORE

πŸ“’πŸ“’ REMAJA PUTRI DISMENORE πŸ˜±
http://www.medindia.net/



πŸ“ Masa remaja ialah periode waktu individu beralih dari fase anak ke fase dewasa (Bobak, Lowdermilk, & Jensen, 2012). Setiap manusia pasti akan mengalami masa remaja. Pada remaja putri terjadi suatu perubahan fisik yaitu perubahan organ-organ reproduksi yang ditandai dengan datangnya menstruasi. (Kumalasari dan Andhyantoro, 2012).
Menstruasi adalah perdarahan vagina secara berkala akibat terlepasnya lapisan endometrium uterus. Usia normal bagi seorang wanita mendapat menstruasi untuk pertama kalinya pada usia 12 atau 13 tahun. Tetapi ada juga yang mengalaminya lebih awal, yaitu pada usia 8 tahun atau lebih lambat yaitu usia 18 tahun. Menstruasi akan berhenti dengan sendirinya pada saat wanita sudah berusia 40-50 tahun, yang dikenal dengan istilah menopause (Sukarni dan Margareth, 2013). 
Pada sebagian wanita yang mengalami menstruasi akan timbul nyeri saat menstruasi yang biasanya disebut dismenore. Dysmenorrhea berasal dari bahasa Yunani: dys yang berarti sulit, nyeri, abnormal, meno berarti bulan, dan rrhea berarti aliran. Dysmenorrhea atau dismenore dalam bahasa Indonesia berarti nyeri pada saat menstruasi. Hampir semua wanita mengalami rasa tidak enak pada perut bagian bawah saat menstruasi. Namun, istilah dismenore hanya dipakai bila nyeri begitu hebat sehingga mengganggu aktivitas dan memerlukan obat-obatan (Sukarni dan Margareth, 2013). Proses menstruasi melibatkan beberapa organ tubuh yang bekerja dengan sinergis, kompleks serta haronis. Dengan begitu banyaknya organ yang terlibat dalam proses ini, wajarlah apabila terjadi beberapa gangguan pada proses menstruasi.

πŸ’Š DISMENORE 
Dismenore atau nyeri haid merupakan nyeri perut yang disebabkan oleh terjadinya kram rahim dan biasa terjadi selama masa menstruasi. Jika tidak ditemukan penyebab yang mendasari, disebut "dismenore primer" sementara jika penyebabnya adalah kelainan kandungan, disebut "dismenore sekunder".

πŸ’Š KOK BISA DESMINORE

Dismenore primer merupakan tipe dismenore yang biasanya timbul pada masa remaja atau sekitar 2 sampai 3 tahun setelah menstruasi pertama terjadi. Sementara itu, dismenore sekunder seringkali baru mulai timbul setelah wanita menginjak usia 20 tahun.
Di masa menstruasi, kontraksi pada otot dinding rahim menjadi makin kencang sebagai bagian dari peluruhan dinding rahim saat haid. Kontraksi tersebut menekan pembuluh darah yang mengelilingi rahim, sehingga memutuskan suplai darah dan oksigen ke rahim. Ketiadaan oksigen inilah yang menyebabkan jaringan rahim melepaskan bahan kimia yang menciptakan rasa nyeri.
Rasa nyeri semakin buruk karena tubuh juga mengeluarkan bahan kimia bernama prostaglandin yang memicu otot rahim terus berkontraksi.

 Ada beberapa faktor lain yang bisa memperburuk dismenore meliputi:
-kurang olahraga
-retroversi atau rahim yang menghadap ke belakang
-stress, baik stress psikis maupun stress sosial.

πŸ’ŠKAYA GIMANA DESMINORE
Dismenore memiliki gejala dan tanda tersendiri yaitu:
 Rasa nyeri pada perut bagian bawah yang terkadang bisa menjalar ke punggung bagian bawah serta ke tungkai.
Nyeri yang dirasakan sendiri bisa berupa kram yang hilang dan timbul atau nyeri tumpul yang terjadi secara terus menerus.
Nyeri yang dirasakan biasanya mulai timbul sesaat sebelum menstruasi terjadi atau selama menstruasi dan akan mencapai puncaknya dalam kurun waktu 24 jam dan seringkali baru menghilang setelah 2 hari.
Dismenore juga seringkali disertai dengan sakit kepala, sering berkemih, sembelit atau diare, dan mual-mual dan tidak jarang sampai muntah.

πŸ’ŠTERUS GIMANA KALO DISMENORE
INI DIA!!
  • Dismenore primer bisa hilang seiring bertambahnya umur dan kehamilan juga bisa menjadi penyebab hilangnya dismenore primer. Dapat diduga hal ini terjadi karena adanya kemunduran saraf rahim yang disebabkan oleh penuaan serta hilangnya sebagian saraf pada masa akhir kehamilan seorang wanita.
  • Pemberian obat anti peradangan bisa menjadi salah satu cara untuk mengurangi rasa nyeri karena dismenore. Tapi untuk banyak kasus, dysmenorrhea tidak perlu obat. Dan perlu DIINGAT, kita tidak boleh terus menerus mengandalkan obat, karena efek jangka panjang dengan kita mudah minum obat adalah kerusakan pada beberapa organ tubuh kita, contohnya seperti ginjal. Lebih mencegahkan dari pada mengobati? πŸ’
🌟Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi desminore:
1. Kompres dengan air hangat
2. Olahraga ringan. Karena dengan olahraga dapat mlancarkan aliran darah.
3. Cukupkan cairan tubuh. Seperti dengan minum air hangat karena dapat mengensurkan otot yang tegang.
4. Cukup asupan kalsium. Direkomendasikan 1000mg/hari
5. Minum jahe
6. Cukupkan vitamin D
7. Hindari minuman berkafein

πŸ™πŸ™Ž PERLU KE DOKTER NGGAK
Jika sudah mulai menstruasi dalam beberapa tahun terakhir dan mengalami nyeri haid terus, kemungkinan nyeri haid itu tidak masalah. Namun, jika nyeri haid sangat mengganggu Anda setiap bulan, gejala semakin memburuk, atau sudah berumur di atas 25 tahun dan baru mulai mengalami nyeri haid yang parah, maka perlu hubungi dokter.
 Untuk menambah wawasan lebih lanjut dapat kunjungi https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3939234/

Bersumber dari:
Purba, Rompas, & Karundeng. 2014. Hubungan Pengetahuan Dengan Perilaku Penanganan Dismenore Di Sma Negeri 7 Manado. Diambil dari: ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/viewFile/5198/4714
Cara Mengatasi Nyeri Haid (dismenore) Secara Alami | Mediskus
Sumber: www.alodokter.com/penyebab-nyeri-haid-yang-tidak-tertahankan